INewsID-Akar tradisi dan budaya jawa yang begitu kuat dalam lingkungan keluarga, membuat Tukidjo Martoadmojo memiliki karakter kepribadian yang sangat kuat pada budaya jawa.
Apalagi pada masa dia kecil sebelum Indonesia Merdeka, bangsa ini memiliki pemerintahan Kerajaan. Sehingga dalam kehidupan sehari hari, budaya dan tradisi Jawa melekat sebagai jatidiri yang sangat dalam pada kepribadianya.
Selain itu masyarakat tempat dia tumbuh juga mengajarkan pentingnya menghormati adat istiadat, menjaga keharmonisan, dan menghargai perbedaan. Pengaruh budaya ini menanamkan rasa hormat terhadap berbagai macam tradisi yang ada di Indonesia, serta pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan meskipun terdapat keragaman suku, agama, dan budaya.
Sikap hidup yang lekat dengan nilai nilai luhur ajaran jawa tercermin dari ide dan ilham yang dia terima saat awal akan membentuk Yayasan Dharma Pancasila (YDP) di tahun 1966.
Waktu itu beberapa lama saat dia menjalani laku prihatin, beberapa malam selalu mendengar suara sayup sayup ‘ dharma …dharma’. Sampai pada akhirnya setelah dia bisa memahami berdasarkan keyakinan pribadi Tukidji sadar bahwa suara tersebut mengandung arti yang luhur.
Perlu di ketahui bahwa pada tahun 1965 pada masa akhir September terjadi pemberontakan G30 S PKI. Saat itu dia dan kawan kawan bersama ABRI Pancasilais aktif menumpas PKI.
Selanjutnya setelah situasi dan keadaan saat itu mulai pulih kembali, Tukidjo dengan modal uang dua ribu rupiah di dukung kawan kawan seperjuangan kemudian mendirikan Yayasan Dharma Pancasila yang berpusat di Surakarta.
Nama Dharma Pancasila di sesuaikan dengan bisikan yang dia terima pada saat laku tapa brata. Beberapa teman pendukung utama berdirinya Yayasan Dharma Pancasila antara lain HS. Soemarjono, Marjono BA, Sismanto, Drs. Mardanus, serta di bantu teman yang lain.
Selanjutnya pada tanggal 22 Oktober 1966 Tukidjo Bersama teman teman yang lain menghadap notaris R. Moeljatmo mendirikan Yayasan yang diberinama Yayasan Dhatma Pancasila dengan modal uang dua ribu rupiah.
Motivasi dan alasan kuat berdirinya Yayasan Dharma Pancasila.
- Rasa kekhawatiran pada kelestarian Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia dan falsafah bangsa . Karena dalam sejarah republic berdiri, telah berulang kali usaha dari berbagai kelompok golongan ekstrim kiri dan ekstrim kanan yang terus mencoba merongrong Pancasila untuk merubah dasar Ideologi Negara.
- Sebagai warga negara yang mencintai Pancasila dan UUD 1045 kita wajib turut berjuang dan menjaga, mempertahankan, mengembangkan, mendharma atau mengamalkan Pancasila dalam segala bidang hidup dan kehidupan kita.
- Ikut membuktikan bahwa Pancasila itu benar benar dasar nefara dan pandangan hidup negara yang paling cocok atau sesuai untuk bangsa Indonesia.
- Percaya dan yakin bahwa Pancasila itu tidak di dengung dengungkan saja di bibir saja, tidak hanya sebagai lambang yang tertulis di kertas saja, melainkan benar benar di hayati, di amalkan dan dilaksanakan dlam segala bidang. Maka dengan Pancasila itu kita dapat berdiri tegak sebagai bangsa yang mandiri, besar dan jaya. Hal itu sejalan dengan pendapat filosofi Sauquibeq yang mengatakan, ‘innamal ummanul ahklaqu mabaqiyat, fainun dzahabat ahklaaquhum dzahabuu’. Yang artinya, ‘ Sesungguhnya umat (suatu bangsa) akan selalu tetap jaya, Mulya, sukses selama mereka itu berakhlak (berbudi luhur, berkepribadian kuat), dan sebaliknya umat (suatu bangsa) itu akan hancur (jatuh) apabila mereka telah kehilangan peribudi atau kepribadianya.
Timbulnya gagasan pertama kali untuk mendirikan Yayasan Dharma Pancasila terjadi pada tanggal 22 Oktober 1966. Kemudian mereka berlima menghadap Notaris R. Moeljatmo pada hari Jum’at tanggal 11 Nopember 1966, seperti tercantum dalam Akte Yayasan Dharma Pancasila No.2 halaman pertama.
Idee dragernya yang pertama adalah Manuel Anton Toekidjo Martoatmodjo didukung oleh empat sahabat karibnya yang kemudian tercantum juga sebagai para pendiri Yayasan Dharma Pancasila.
